Saya bertobat pada usia belum genap 9 tahun setelah mendengar
khotbah pendeta kami yang melayani Sidang Jemaat Nasareth. Pendeta
Davis berkata bahwa cerita yang ia sampaikan itu adalah "cerita yang
terbesar di dalam dunia". Itulah suatu cerita yang senantiasa baru,
tentang Yesus Kristus. Pendeta Davis menyampaikan kisah yang amat
indah, yang dimulai dengan kelahiran Yesus di dalam palungan dan
diakhiri dengan penyaliban dan kebangkitan-Nya dari antara orang
mati. Dikisahkan bagaimana Yesus dengan kuasa-Nya menyembuhkan orang
buta sehingga celiklah mata orang itu; bagaimana Ia menjamah telinga
orang tuli, sehingga dapat mendengar; bagaimana Ia menahirkan orang
kusta; bagaimana Ia memberi makan orang banyak dengan 5 roti dan 2
ikan yang ada pada seorang anak laki-laki; bagaimana Ia melalui
padang belantara di bawah terik matahari di tanah Galilea untuk
menyampaikan kabar Injil kepada orang banyak; bagaimana Ia berjalan
di atas permukaan air dan tidak tenggelam. Dikisahkan selanjutnya,
bagaimana bangsa Yahudi sesudah menyaksikan segala mukjizat ini,
tetap menangkap-Nya dan melubangi kedua tangan-Nya yang amat mulia
itu dengan "paku-paku besar". Dan bagaimana seorang prajurit menikam
rusuk Yesus dengan tombaknya, sehingga darah dengan air mengalir
keluar dari dalam tubuh-Nya. Dan dengan demikian, darah Sang Raja
itu ditumpahkan. Lalu dikatakannya, bahwa "darah ini" masih berkuasa
hingga saat ini untuk menyelamatkan kita dari segala dosa dan
menyembuhkan tubuh kita dari segala penyakit.
Itulah pesan terindah yang pernah saya dengar. Dengan suara tenornya
yang baik sekali, pendeta itu mulai menyanyikan sebuah kidung dalam
kata-kata yang kira-kira sebagai berikut:
Manis, lembut Tuhan Yesus memanggil;
Panggil engkau dan saya;
Di pintu surga Dia berjaga sambil menunggu kau dan saya.
O mari datanglah, kau yang lelah, marilah;
Manis lembut, Tuhan Yesus memanggil;
Mari, pulang pada-Nya..
Air mata saya mengalir tanpa saya sadari. Saya berlutut dan memohon
kepada Tuhan Yesus untuk menyelamatkan saya. Sementara saya
berlutut, tampaklah oleh saya suatu penglihatan tentang keadaan saya
sendiri, yang tampak berwarna hitam. Saya mengetahui bahwa saya tak
dapat ke surga dengan hati yang berwarna hitam, yaitu hati yang
penuh dosa. Kemudian tampaklah penglihatan lain: di atas sebuah
bukit yang jauh, saya melihat sebuah kayu salib yang kasar, dan di
atas salib itu muncullah huruf-huruf yang cemerlang. Saya membaca
kata-kata sebagai berikut: "Ia mati bagimu."
Saya berkata: "Tuhan Yesus, sekarang saya mengetahui bahwa Tuhan
telah melaksanakan hal itu, dan saya ingin dilepaskan dari segala
dosa saya." Lalu saya melihat sebuah pintu besar berbentuk hati di
hadapan saya. Tuhan Yesus menuju ke sana dan mengetuk pintu itu.
Tidak nampak sebuah tombol atau pegangan di bagian luar dari pintu
itu. (Pintu itu harus dibuka dari dalam oleh penghuninya sendiri.)
Kemudian Ia mengetuk untuk kedua kalinya, dan pada ketiga kalinya
pintu itu terbuka lebar. Tuhan Yesus masuk melalui pintu itu dan
saya mengetahui bahwa saya sudah diselamatkan. Saya merasa beban
dosa saya telah lenyap pada saat itu juga. Tuhan Yesus berdiam di
dalam hati saya, oleh sebab itu jika Ia menyuruh saya pergi
memberitakan Injil, saya pasti akan mengetahui hal itu. Saya berkata
kepada Pendeta Davis bahwa saya hendak menjadi seorang penginjil.
Lalu diletakkannya tangannya dengan lembut ke atas kepala saya dan
mengucapkan berkat bagi saya. Di kemudian hari, berkatalah ia kepada
orang tua saya: "Jangan sekali-kali menahan anak ini dari panggilan
Tuhan. Belum pernah saya menjumpai seorang anak sebaya dia yang
mendapat pengalaman dari Tuhan seperti dia." Akan tetapi, iblis
mulai menekan hidup saya. Satu-satunya keringanan yang saya peroleh
pada saat itu terjadi oleh karena doa-doa yang dipanjatkan oleh ibu
saya. Ayah tidak beriman sekuat ibu yang yakin dalam hatinya bahwa
Tuhan Yesus akan menyembuhkan saya. Namun, ayah adalah seorang bapa
yang baik, yang tak pernah menghalang-halangi ibu untuk berdoa bagi
saya. Ibu sangat mengasihi Tuhan Yesus. Saya mengetahui bahwa ibu
lebih mengenal Tuhan Yesus dari siapa pun di antara sahabat dan
kenalan kami. Agaknya ibu mengetahui bagaimana cara ia harus
menguatkan iman saya kepada Tuhan, agar satu saat kelak saya akan
menerima kesembuhan dari pada-Nya.
Saat yang teramat gelap bagi saya adalah tatkala saya diangkut
dengan sebuah tandu melalui lorong rumah sakit. Dokter menghampiri
saya dan menghentikan tandu itu. Lalu ia memandang kepadaku sambil
berkata: "Betty, tulang belakangmu telah kami foto dengan sinar X.
Setiap ruas tulang belakang tidak pada tempatnya, tulang-tulang itu
menggeliat dan tumbuh melekat. Engkau membutuhkan sebuah ginjal
baru, karena selama ginjal lama itu masih ada, engkau senantiasa
merasa sakit."
Namun, ayah saya berkata: "Tidak, saya akan berbuat segala sesuatu
dengan segenap kemampuan saya agar anakku ini sembuh. Akan tetapi
saya tidak ingin pisau bedah menyentuh tubuh anak saya."
Maka saya tak pernah mengalami suatu pembedahan, kecuali pada saat
Tuhan Yesus melakukan pembedahan atas tubuh saya, dan Ia tidak
meninggalkan bekas-bekas luka sedikit pun pada tubuh saya. Betapa
ajaib jika Tuhan Yesus melaksanakan sesuatu bagi kita; hal itu
selalu sempurna dan tidak meninggalkan bekas-bekas yang buruk.
"Baiklah, tuan Baxter," demikian kata dokter itu, "kami tidak yakin
bahwa kami dapat mengembalikan tulang-tulang yang tak teratur itu
pada tempat yang semula di dalam tubuh Betty. Sebaiknya tuan
membawanya pulang saja dan sedapat mungkin buatlah ia merasa
berbahagia."
Ketika itu saya berusia 11 tahun dan saya tidak menyadari sedikit
pun bahwa dokter itu menyuruh saya pulang untuk meninggal dunia di
rumah. Saya memandang dokter itu dan berkata: "Ya, Dokter, tetapi
satu saat kelak Tuhan akan menyembuhkan saya. Pada saat itu, saya
berada dalam keadaan sehat." Saat itu, saya penuh iman, oleh sebab
ibu telah membacakan firman Tuhan kepada saya dan menceritakan
perihal Tuhan Yesus, sehingga saya memiliki iman yang teguh. Ada
suatu ayat yang sangat disukai oleh ibu pada saat itu, yang berbunyi
demikian: "Segala perkara boleh jadi bagi orang yang percaya." Dan
juga ayat yang mengatakan: "Bagi Allah, tidak ada perkara yang
mustahil."
Saya dibawa pulang dan dokter mengatakan bahwa saya akan segera
meninggal dunia. Keadaan saya semakin memburuk. Sakit yang saya
derita sebelumnya terasa tak berarti jika dibandingkan dengan
penderitaan saya setelah tiba di rumah. Mata saya menjadi buta dan
selama berminggu-minggu lamanya saya tak dapat melihat sesuatu. Saya
menjadi tuli dan tak dapat mendengar sesuatu, lidah saya menjadi
kelu, dan saya tak dapat berbicara. Lidah saya membengkok dan tak
dapat digerakkan.
Kemudian sembuhlah saya dari penyakit buta, tuli, dan kelu itu.
Agaknya saya telah diikat oleh suatu kuasa yang mengerikan yang
berusaha membinasakan saya. Akan tetapi, setiap hari ibu senantiasa
berdoa bersama saya dan berkata bahwa Tuhan dapat menyembuhkan saya.
Saya tidak dapat mengatakan berapa hari saya tak melihat seorang
pun, kecuali ibu, ayah, dan dokter. Selama bertahun-tahun, saya
berbaring di tempat yang keadaannya sangat sunyi dan jauh dari
keramaian dunia. Saya mendapatkan satu hal: para dokter dapat
mengasingkan saya dari mereka yang saya kasihi, mereka dapat
menjauhkan kawan-kawan saya dari tempat tidur saya, namun mereka
tak dapat menjauhkan saya dari Tuhan Yesus, oleh karena Ia telah
berjanji: "Sekali-kali tiada Aku akan membiarkan engkau, dan
sekali-kali tiada Aku meninggalkan engkau."
Selama tahun-tahun yang sunyi ini, saya mulai mengenal Raja di atas
segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Ada banyak orang yang
berkata: "Betty, mengapa Tuhan tidak menyembuhkan engkau saat engkau
masih kecil dan memiliki iman yang begitu besar?"
Saya tidak tahu. Jalan Tuhan bukanlah jalan kita. Jalan Tuhan adalah
jalan yang terbaik. Namun, ada satu hal yang saya tahu -- selama
tahun-tahun yang sunyi dan penuh penderitaan itu, saya mengenal
Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh. Ia berada di lembah kekelaman
bersama dengan kita. Ialah Bunga Bakung di lembah, dan Saudara akan
menjumpai Dia bila Saudara mencari Dia. Di sanalah Saudara akan
melihat Dia di tempat yang rindang.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Kesembuhan Ilahi yang Diterima oleh Betty Baxter
Penulis: Betty Baxter
Penyunting: Heru Tjandra Mulia dan Luciana Candra
Penerbit: Nafiri Fajar Media Group, Surabaya